Jumat, 07 Mei 2010

Kiat Kamera Saku (Part 2)

Kiat Memakai Kamera Saku
JANGAN TERBURU-BURU SAAT MEMOTRET
(bagian 2)

Pada artikel sebelumnya telah disinggung cara pemakaian kamera saku jenis pertama yaitu kamera yang sama sekali tidak bisa diubah setelannya, atau kamera yang tinggal bidik dan jepret saja. Tulisan ini merupakan lanjutannya.

Kamera saku jenis kedua adalah kamera saku otofokus (auto focus) atau kamera yang mempunyai kemampuan menajamkan imaji objek yang akan kita pilih, secara otomatis. Lensa yang terpasang pada kamera ini mampu mengubah-ubah jarak penajamannya sendiri. Jenis ini umumnya ditandai dengan tulisan "AF" pada badan kameranya yang merupakan singkatan Auto Focus.

Pada saat akan dipakai memotret, yaitu saat tombol mulai ditekan, kamera mengeluarkan sinyal (sering berupa sinar infra merah) yang tidak terlihat mata manusia. Sinyal ini lalu dipantulkan oleh obyek yang akan difoto dan pantulannya diterima kembali oleh kamera. Dari pantulan inilah kamera tahu jarak penajaman yang harus dipilihnya.

Pemotretan dengan kamera saku AF yang menghasilkan gambar buram (tidak fokus) terjadi karena pemotret terlalu terburu-buru saat menekan tombol. Kamera belum sempat menyesuaikan diri, jepretan telanjur terjadi. Sebaiknya kalau memotret dengan kamera saku AF, tekan dulu tombol sedikit sekitar dua detik, baru kemudian ditekan sampai bunyi "ceklek" terjadi.

Kesalahan lain dengan pemakaian kamera ini adalah saat memotret obyek yang terpencar, misalnya memotret dua orang di depan kita. Kamera menyesuaikan penyetelan jarak penajaman berdasarkan pantulan yang datang dari benda tepat di depannya.

Jadi bila ada dua orang di depan kamera, dan kebetulan titik tengah bidikan jatuh pada celah antara kedua orang itu, mau tidak mau kamera akan melakukan penyesuaian penajaman pada benda yang ada di antara dua orang itu. Mungkin gunung nun di jauh sana atau mungkin pula pohon di jarak beberapa puluh meter. Hasilnya, foto orangnya buram, sementara gunung di kejauhan tampak lebih tajam. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya saat menekan tombol penyesuaian fokus (belum menjepret), titik tengah bidang bidik yang tampak di mata di arahkan pada salah satu dari dua orang yang akan dipotret. Lalu dengan hati-hati geserlah kamera sampai mendapatkan komposisi yang diinginkan, baru jepretkan kamera.

Yang perlu diingat lagi adalah, apa yang tampak di mata dari lubang bidik selalu tajam sementara di film belum tentu. Mata manusia melihat dengan tajam di lubang bidik karena punya fasilitas tersendiri untuk itu, sementara kamera butuh penyetelan yang memakan waktu walau cuma sejenak.

Pendeknya, kamera saku memang dirancang untuk pemotretan santai. Janganlah terburu-buru saat memotret. Sedikit sabar akan menghasilkan gambar yang lebih baik.

***

KAMERA saku jenis ketiga adalah yang paling mutakhir. Di samping memiliki kemampuan otofokus, kamera ini juga bisa diubah- ubah panjang fokalnya. Istilah kerennya bisa di-zoom. Bisa menjadi telelens (lensa sudut sempit) dan bisa pula menjadi lensa sudut lebar (wide angle lens). Umumnya rentang zoom kamera ini bervariasi dari 28 mm sampai 135 mm.

Yang perlu diingat adalah, kalau tidak perlu sekali janganlah mengubah-ubah panjang fokalnya. Geseran-geseran yang terjadi saat lensa memanjang atau memendek membuat aus sederet kabel kecil yang mengontrol pergerakan lensa itu. Sebagian besar kerusakan kamera jenis ini adalah pada kabel-kabel halus tapi peka ini. Pemakaian kamera dengan kondisi lensa dalam keadaan terpendek umumnya sudah mampu untuk memotret berbagai keperluan umum.

Lensa sudut lebar bisa dipakai untuk memotret orang dalam jumlah besar yang berjejer melebar. Atau juga untuk memotret pemandangan dengan bidang cakup seluas-luasnya. Pemilihan lensa sudut lebar untuk memotret wajah secara close up akan menghasilkan wajah manusia yang cembung. Untuk keperluan membuat pasfoto ini, sebaiknya menggunakan fasilitas lensa tele dengan jarak fokal terpanjang (135 mm misalnya) adalah yang paling pas.

Pemakaian fasilitas lensa tele ini juga menghindarkan terpotongnya wajah yang terpotret. Dengan pemilihan sudut lebar, wajah yang dipotret mau tidak mau harus dekat sekali dengan kamera sehingga ini akan menimbulkan kesalahan paralaks, atau kesalahan letak bidik. Apa yang tampak di mata belum tentu yang tampak di film. Bagi lubang bidik tampak di tengah, namum bagi lubang lensa bisa menjadi di samping.

Sebenarnya di lubang bidik ada garis koreksi, yaitu garis yang membentuk segi empat lebih kecil daripada segi empat tepi lubang bidik. Garis inilah yang harus dijadikan acuan kalau memotret pada jarak sangat dekat.

Kamera saku memang merupakan kamera paling sederhana saat ini, namun kalau dipakai dengan benar sungguh ia sangat berguna.

Sumber : FN-Artikel By : Arbain Rambey

0 komentar:

Posting Komentar